Judul Buku:
Pertarungan Islam dan Komunisme Melawan Kapitalisme: Gagasan-gagasan Politik Pembebasan
Mohammad Misbach
Penulis: Nor Hiqmah
ISBN:
978-602-95805-6-3
Bulan terbit:
Desember 2011
Jumlah Halaman: i - viii
; 1 - 105 hal
Ukuran Buku:
18 cm X 21 cm
Harga: Rp. 36.000,-
Membaca karya Haji
Misbach, kita akan melihat suatu ikatan batin antara perjuangan politiknya
sebagai seorang kyai dengan gagasan-gagasan sosialisme yang baru berkembang di
Hindia Belanda pada saat itu. Dan kita tahu
agama dan sosialisme memang secara salah kaprah seringkali ditempatkan
dalam posisi yang berseberangan. Cara
ini tentu saja terkadang kurang adil dan ahistoris. Sebab
gerakan agama besar seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad, justru berasal dari lapisan masyarakat yang terendah didalam masyarakatnya. Perjuangan
keduanya, dapat disamakan dengan suatu perjuagan revolusioner mengalahkan kekuasaan
feodal yang despotik dan mengangkat derajat para budak dan kaum
teraniaya dan mempunyai harkat yang setara diantara sesama manusia
lainnya.
Dalam sejarah teori perjuanganya memang kaum sosialis kurang memberikan elaborasi yang luas
soal agama. Tapi bukan berarti mereka tidak pernah menyinggungnya. Gerakan kiri tipe lama atau kaum Marxist
ortodoks memang kurang menganggap
ajaran-ajaran agama mempunyai potensi sebagai
ideologi perlawanan, secara khusus dalam melawan kapitalisme. Hal ini
nampak dari pengalaman Marx dan Lenin
yang secara
kongkrit melihat para pemuka dan institusi agama Kristen dan Katolik di Eropa menjadi bagian dari oligarki
penindasan itu sendiri, baik dalam hal dukungan politik pada ‘para penguasa’,
tapi juga dalam bentuk ‘hegemoni kesadaran’ yang membuat rakyat tertindas seperti
pasrah akan keadannya dan menanti kemakmuran setelah kematian dalam janji-janji utopis kebahagian
di surga. Hal ini membuat rakyat menjadi pasif dan tidak mengubah
situasi yang buruk dengan cara memperjuangkan nasib yang baik dengan kekuatan dan energinya
sendiri.
Dalam konteks
relasi antar kekuasaan yang menindas dan kesadaran para korban inilah Marx
meletakan posisi agama. Sebab, dia bukanlah seorang ahli agama, tapi hanya menjelaskan bahwa agama, tidak saja menjadi relasi spiritual yang kodrati dan
abstrak tapi juga terkiat dengan relasi
kekuasaan yang nyata dan berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari manusia.
Atau menurut Michael Lowy, penulis buku “Teologi Pembebasan“ terutama dalam
buku “German Ideology” (1864) Kajian Marx yang tajam tentang agama sebagai
suatu kenyataan sosial dan sejarah yang baru dimulai.
Kalimat
Marx yang berbunyi “agama adalah candu rakyat” adalah penggalan kalimat yang
sering dikutip dengan dipisahkan dari konteks dan eksistensi Marx itu sendiri.
Tidak banyak orang tahu bahwa tulisan ini adalah karya ‘Marx Muda’ yang masih
belum menjadi seorang “marxis’. Saat itu dia lebih cenderung sebagai pemikir
sayap kiri neo Hegelian dibawah pengaruh Fuerbach. Kutipan ini ditemukan dalam
karyanya ketika melakukan kritik atas filsafat Hegelian dalam karyanya “Toward the Critique of Hegel’s Philosophy of
Right,” yang ia tulis pada tahun 1844. Analisanya sebetulnya belum masuk
dalam teori filsafat ‘perjuangan kelas’ yang kemudian lahir dari karya-karyanya
kemudian. Dalam karyanya tersebut tampak Marx masih melihat dualisme dalam praktek agama di Eropa, disatu sisi ia
melihat agama (gereja) menjadi alat
legitimasi penguasa, akan tetapi disisi lain dia juga melihat agama juga punya
dimensi penentangan atas kekuasaan yang mapan